twitter


Karina sinkap kembali tabir ingatannya. Regina. Manis nama itu, semanis orangnya. Dialah kawan karib Karina yang selalu diingatannya. Sudah enam tahun mereka mengenali antara satu sama lain. Kegembiraan dan keperitan hidup di alam remaja mereka melalui bersama. Tetapi semua itu hanya tinggal kenangan saja. Karina kehilangan seorang sahabat yang tidak ada gantinya.

Peristiwa itu terjadi dua tahun yang lalu. Sewaktu itu mereka sedang berada di kantin sekolah. Karina sedang memarah Regina karena mengambil pena kesukaannya tanpa izinya dan menghilangkannya.

Apabila Karina bertanya, dia hanya berkata dia akan menggantikannya. Karina tidak mau dia menggantikannya. Kerana pena yang hilang berlainan dengan pena yang akan diganti oleh Regina. Pena yang hilang itu adalah hadiah dari Regina sewaktu mereka pertama kali menjadi sepasang kawan karib.

"Aku tak mau kau menggantikannya! Pena yang hilang itu berharga bagiku! Karina memarahi Regina." " Selagi kau tak jumpa pena itu, selagi itulah aku tak akan bercakap dengan kau!" Marahnya Karina pada Regina. Meja kantin itu di hentaknya dengan kuat hingga terkejutlah Regina. Karina yang mukanya memang kemerah-
merahan, bila marah bertambahlah merahlah mukanya. Regina dengan keadaan sedih dan terkejut hanya berdiamkan diri lalu beredar dari situ. Karina tahu Regina merasa sedih mendengar kata-katanya itu. Karina tidak berniat hendak melukainya tetapi waktu itu dia terlalu marah dan tanpa dia sedari, mutiara jernih membasahi pipinya.

"Sudah beberapa hari
Regina tidak datang ke sekolah. Aku merasa risau. Apakah dia sakit? Apa yang terjadi" Berkata-kata Karina seorang diri. Benak fikirannya diganggu oleh seribu satu pertanyaan "EH! Aku hendak pergi kerumahnya" Berbisik Karina di hatinya. Tetapi niatnya berhenti di situ. Dia merasa segan. Tiba-tiba telepon dirumah Karina berbunyi "Ring,riiiiiiiing,riiiiiiiiing,riiiiiiiing"Ibu Karina yang menjawab panggilan itu."Karina, oh, Karina "Teriak ibunya. "Cepat, salin baju. Kita pergi ke rumah Regina ada sesuatu berlaku. Kakaknya Regina telepon suruh kita pergi ke rumahnya sekarang juga" Suara ibu Karina tergesa-gesa menyuruh anaknya cepat bersiap-siap. Tiba-tiba jantung Karina bergerak laju. Tak pernah dia merasa begitu. Dia rasa tak sedap. Ini pasti ada sesuatu buruk yg terjadi. "Ya Allah, kau tentramkanlah hatiku. Apapun yang terjadi aku tahu ini semua ujianmu. Ku mohon jauhilah segala perkara yang tak baik terjadi. kau selamatkanlah sahabatku." Berdoa Karina pada Allah sepanjang perjalanannya ke rumah Regina.


Apabila tiba di sana, rumahnya dipenuhi dengan sanak -saudaranya.
Karina terus menuju ke ibu Regina dan bersalaman dengan ibunya dan bertanya apa sebenarnya yang telah terjadi. Ibunya dengan nada sedih memberitahu Karina sewaktu Regina ditabrak oleh Raisa sewaktu menyeberang jalan berdekatan dengan sekolahnya." Dia memang tidak sihat tapi dia berdegil hendak ke sekolah. Katanya hendak jumpa engkau. Tapi hajatnya tak sampai. Sampai di saat dia menghembuskan nafasnya, kakaknya yang ada disisinya ternampak sampul surat masih ada dia genggam ditangannya" terisak-isak suara ibu Regina menceritakan pada Karina sambil mengulurkan surat yang Regina sangat ingin berikan pada sahabatnya.

Didalam sampul surat itu terdapat pena kesukaanku. Disitu juga terdapat notadari
dia.Karina Melani Putri

Aku ingin meminta maaf kepadamu karena aku kau jadi marah karena aku telah menghilangkan pena kesukaanmu itu. Setelah kau memarahiku di kantin pada waktu itu, aku langsung pulang ke rumah untuk mencari penamu, sebenarnya waktu itu sedang hujan deras tetapi demi persahabatan ini demi dirimu aku memaksakan diri untuk pulang. Sesampainya di rumah aku tidak menemukan penamu, aku mulai putus asa tetapi hatiku berkata “jika kamu tidak mencari pena itu, apakah kamu mau kehilangan sahabatmu baikmu Karina” aku berkata dengan sekencang mungkin “TIDAKKK AKU TIDAK INGIN KEHILANGANNYA DIA, DIA SAHABATKU” lalu aku melanjutkan mencari pena itu. Aku teringat pena itu ku taruh di meja Lab Bahasa. Hujan yang semakin lama semakin deras. Aku ditemani oleh kakak dan saudaraku Vina, kami mencari di setiap kolong meja, akhirnya pena itupun kutemukan tepat di bawah mejamu. Aku berterima kasih karena kau telah menghargai pemberianku dan persahabatan yang terjalin selama satu tahun. Sekali lagi terima kasih karena selama ini kau telah mengajariku tentang arti persahabatn.

Regina Zaira Putri
Kolam mata Karina dipenuhi mutiara jernih yang akhirnya jatuh berlinangan dengan derasnya.Kalau boleh ingin dia meraung sekuat hatinya. Ingin dia memeluk tubuh Regina dan memohon maaf padanya tapi apakah daya semuanya sudah terlambat. Jenazah Regina masih ada di rumah sakit. Tiba-tiba dentuman guruh mengejutkan Karina dari lamunannya. Barulah dia sadar bahwa dia hanya mengenangkan kisah silam. Persahabatan mereka lebih berharga daripada pena itu. Karina benar-benar menyesal dengan perbuatannya. Dia berjanji tak akan melakukan peristiwa ini berulang kembali. Semenjak itu Karina rajin solat dan selesai solat dia akan membaca al quran dan berdoa dan bersedekah ayat-ayat al quran kepada sahabatnya. Dengan cara ini sahajalah yang dapat Karina balas jasa-jasanya Regina dan mengeratkan persahabatanya. Semoga dengan kalam Allah Regina akan bahagia di alam sana. Selamat tinggal Regina aku akan selalu ingat persahabatan kita selama ini, kau telah banyak berjasa padaku selama ini. semoga saja Allah membalas jasamu itu.